Menggapai Langit Orchard

Salah satu landmark Singapura yang paling terkenal selain Patung Singa adalah Orchard Road. Orchard menjadi destinasi yang selalu saya kunjungi setiap hari selama saya berada di Singapura.

Dari penampakannya saja Orchard Road memang sudah terlihat sebagai surga belanja di Singapura. Bisa dikatakan bahwa Orchard Road adalah pusatnya pusat perbelanjaan. Belasan mall berderet di sana. Gerai-gerai busana, tas, perhiasan, sepatu, kosmetik dari brand-brand internasional tumbuh subur di Orchard Road. Jika kebanyakan orang Indonesia bersemangat mendatangi Orchard Road dengan tujuan shopping, saya tidak demikian. Tentu saja jangan bayangkan saya, pelancong dengan budget terbatas, memborong beragam produk di pusat-pusat perbelanjaan Orchard Road. Walaupun tidak berniat membeli satu barang pun, mengunjungi Orchard Road tetap masuk ke dalam daftar itinerary saya. Ke Singapura tanpa ke Orchard Road kurang afdol, bukan?

Daya tarik utama yang membuat saya semangat mengunjungi Orchard Road adalah ION Sky! ION Sky menawarkan bagaimana rasanya memandang panorama Singapura dari lantai 55. Tempat ini terletak di dalam ION mall, salah satu pusat perbelanjaan mewah yang ada di Orchard Road. Segera saja ION Sky langsung masuk daftar destinasi dalam itinerary hari pertama saya.

Sebelumnya, saya sudah mencatat bahwa ION Sky beroperasi dari jam tiga sore hingga delapan malam. Saya sudah membayangkan malam pertama petualangan saya akan ditutup dengan sempurna oleh panorama lampu-lampu Singapura dari ketinggian. Maka walaupun hari pertama begitu melelahkan, saya tidak surut semangat untuk mendatangi destinasi terakhir hari itu. Dengan menggunakan MRT north south line, saya turun di Orchard Station.

Saya sempatkan untuk menikmati suasana trotoar Orchard Road yang begitu tersohor itu. Tak lupa, saya juga membeli Singapore signature ice cream yang banyak dijual di sepanjang Orchard. Dihargai $1.2, es krim ini berbentuk es krim potong yang diapit dengan roti tawar. Ketika itu saya mencoba rasa papermint choco chips. Walaupun es krim semacam ini sudah banyak di Jogja, tapi yang saya coba di Singapura kemarin rasanya benar-benar enak karena mereka menggunakan es krim Walls. Singapore ice cream yang ada di Galeria Mall Jogja rasanya tidak seenak Singapore ice cream yang asli, hehe.

Back to topic, di hari pertama itu, saya sampai Orchard Road pukul setengah tujuh malam. Walaupun begitu, langit Singapura sama sekali belum gelap. Bahkan rasanya masih seperti jam lima sore. Setelah duduk-duduk sambil makan es krim, saya memutuskan untuk mencari makan malam di Asian Food Corner Lucky Plaza. Makanan-makanan di Lucky Plaza cukup terjangkau, mulai dari $3. Setelah bingung memilih makanan, akhirnya saya makan juga. Eh tapi pas sudah duduk dan mau menyantap makanan rasanya seperti ada yang mengganjal perasaan. Rasanya seperti ada yang terlewatkan gitu. Tahu-tahu saya kaget ketika menyadari bahwa jam di tangan sudah menunjukkan pukul 19.40! Saya lupa kalau saya mau ke ION Sky yang tutup jam 20.00! Haduh, gimana sih kok jadi lupa?! Lalu saya pun menyalahkan langit (???). Saya merasa ditipu oleh langit Singapura yang masih seperti sore hari walaupun sudah malam. Ya sudahlah saya lanjutkan saja makan nasi ayam hainan yang sudah saya beli (sambil sedikit mengharu-biru).

Hari kedua di Singapura, saya masih bersikukuh untuk mengunjungi ION Sky. Maka kali ini saya datang lebih awal. Pukul lima sore saya sudah berada di Orchard Road dan segera menuju ke ION mall. Untuk mencapai ION Sky, cari saja ION Art Gallery di lantai empat mall tersebut. Setelah berhasil menemukan ION Art Gallery, saya bertanya kepada resepsionis yang sedang bertugas. Saya bilang bahwa saya ingin ke ION Sky. Si resepsionis kemudian berkata bahwa jam operasional mereka berlangsung selama jam tiga sampai enam sore. What, tidak sampai jam delapan malam ternayata. Seketika saya melihat jam di tangan yang menunjukkan pukul… 17.40 OH GOD WHY?!! Akhirnya sore itu saya menyumpal rasa kecewa dengan McDonalds apple pie(s).

Saya kembali lagi ke ION Sky di hari berikutnya. Alhamdulillah kali ini tidak ada ketidakberuntungan yang terjadi. Saya sampai di ION Art Gallery pukul lima sore. Dari ION Art Gallery, saya masih harus naik lift menuju lantai ke-55! Awalnya saya membayangkan bahwa lift-nya akan lama dan membuat perut merasa tak nyaman. Ternyata tidak, it went smoothly, kecuali telinga saya sedikit terasa bindeng. Begitu lift terbuka rasanya ingin teriak alay, AKHIRNYA SAYA BERHASIL SAMPAI DI ION SKY!! Huahaha.

Dari ION Sky saya dapat mengamati panorama Singapura. Pemandangan yang saya liat tentunya adalah gedung-gedung tinggi!

Pada jendela-jendela kaca mereka menempelkan nama wilayah yang sedang kita saksikan dari tempat kita berdiri. Wilayah paling hijau yang ada di Singapura terletak di sekitar Fort Canning dan juga perbatasan Singapura dengan Johor Bahru, Malaysia. Kita juga bisa melihat panorama di kejauhan secara lebih jelas dengan bantuan teropong. Teropong tersebut dilengkapi dengan monitor yang memberikan kita informasi gedung apa yang sedang kita lihat, di mana letaknya, bahkan kita juga bisa memilih ingin melihat panorama dengan mode normal, siang hari, atau malam hari. Sayangnya ketika itu langit Singapura sedang sedikit berkabut akibat adanya kebakaran hutan di Kalimantan.

Ohya, ION Sky telah diresmikan sebagai official cloudspotting area oleh The Cloud Appreciation Society. Pasti pemandangan dari ION Sky akan jauh lebih spektakuler bila cuaca mendukung. Menikmati panorama gemerlapnya lampu-lampu Singapura di malam hari tentu akan jadi sangat romantis. Sayangnya jika ingin berkunjung secara gratis (Yeah, it’s FREE!), mereka hanya menyediakan waktu antara pukul tiga sampai enam sore (padahal Singapura baru berangsur-angsur gelap selepas pukul setangah delapan malam). Selebihnya mereka menjual panorama ini sebagai bagian dari ION Bar.

Tercoret sudah ION Sky dari daftar  itinerary! FYI, perjalanan ke ION Sky menjadi menantang karena transport dari Orchard Road menuju tempat saya menginap cukup rumit. Saya terlebih dahulu harus menggunakan bus sebelum transfer MRT, kemudian transfer bus lagi, lalu berjalan kaki (karena biasaya nyasar sedikit). Saya baru bisa sampai ke tempat tujuan satu jam kemudian, which is biasanya sekitar jam sepuluh malam. What a day 😀

Leave a Reply