Keberadaan usaha pencucian pakaian (laundry) di Jogjakarta kian menjamur. Permintaan yang tinggi, utamanya dari kalangan mahasiswa, membuat banyak orang tergiur untuk menuai keuntungan bisnis tersebut. Kemudahan dan keuntungan yang dinikmati oleh mahasiswa dan pengusaha kerap kali membuat dampak negatif usaha laundry luput dari perhatian. Usaha laundry menyumbang kadar pencemaran lingkungan yang cukup serius, utamanya dalam pencemaran air dan tanah. Tak hanya sampai di situ, limbah laundry juga dapat menyebabkan penyakit gudik yang ditimbulkan oleh kutu Sarcoptes scabiei. Walaupun banyak dampak negatif mengancam, hingga kini belum ada usaha serius dari pemerintah untuk menangani hal ini.
Jogjakarta
Castle Clothing Pasarkan Kaos Lukis Batik Kontemporer di Asia Fashion Week 2015
Castle Clothing, brand kaos lukis asal Kampung Wisata Tamansari Jogjakarta berkesempatan mengikuti STYLO Asia Fashion Week pada 4-7 November 2015 di Menara Matrade, Kuala Lumpur, Malaysia. Acara ini diadakan oleh STYLO International bekerjasama dengan Kementerian Perdagangan Malaysia. Sebanyak 36 desainer dari berbagai negara di Asia berpartisipasi dalam STYLO Asia Fashion Week 2015. “Kebetulan Castle punya mitra desainer dari Indonesia, Eugenia Fitri Anggra, yang diundang ke Asia Fashion Week. Lantas kami diajak untuk turut memajang karya berupa kaos lukis,” terang Maharsitama Anindita, pendiri Castle Clothing.
Kaos Lukis Asal Tamansari Jogjakarta Tembus Asia Fashion Week 2015
Castle Clothing, brand kaos lukis asal Kampung Wisata Tamansari Jogjakarta berkesempatan mengikuti STYLO Asia Fashion Week pada 4-7 November 2015 di Menara Matrade, Kuala Lumpur, Malaysia. Acara ini diadakan oleh STYLO International bekerjasama dengan Kementerian Perdagangan Malaysia. Sebanyak 36 desainer dari berbagai negara di Asia akan berpartisipasi dalam STYLO Asia Fashion Week 2015. “Kebetulan Castle punya mitra desainer dari Indonesia, Eugenia Fitri Anggra, yang diundang ke Asia Fashion Week. Lantas kami diajak untuk turut memajang karya berupa kaos lukis,” terang Maharsitama Anindita, pendiri Castle Clothing.
Pembangunan Apartemen Uttara Pecah Belah Warga Karangwuni
Dua spanduk yang kontradiktif terpasang di depan Gang Kelapa Gading Jl Kaliurang Km 5,3.
Warga Karangwuni, Sleman, Jogjakarta tidak dapat berhenti resah karena pembangunan Apartemen Uttara tetap berjalan. Warga yang tergabung dalam Paguyuban Warga Karangwuni Tolak Apartemen Uttara (PWKTAU) telah menyuarakan penolakan sejak awal tahun 2014. Namun, hal tersebut tak diindahkan oleh PT Bumi Alam Permata selaku pengembang Uttara. Akibatnya, proyek pembangunan yang tengah berlangsung sangat mengusik dan merugikan warga sekitar. Di lain sisi, sekelompok warga yang menamakan dirinya Paguyuban Warga Karangwuni Peduli Perubahan (PWKPP) menyuarakan hal yang berbeda. Mereka mendukung pembangunan Uttara karena dinilai akan memberikan pengaruh positif bagi warga sekitar.
Adiono selaku pengurus PWKTAU menilai bahwa Uttara telah banyak melakukan pelanggaran. “Di undangan sosialisasi pertama, mereka bilang hanya akan mendirikan indekos eksklusif. Warga Karangwuni yang diundang waktu itu pun bisa dihitung jari. Kemudian tiba-tiba daftar kehadiran sosialisasi dilampirkan menjadi daftar persetujuan. Proses pembuatan berita acara pun tidak melibatkan warga, padahal dalam berita acara ada poin yang menyebutkan bahwa warga Karangwuni tidak keberatan dengan pembangunan Uttara,” terangnya. PWKTAU juga menyayangkan penandatanganan berita acara secara sepihak oleh Dukuh Karangwuni. Dikonfirmasi mengenai hal tersebut, Sarwiyono, Dukuh Karangwuni berujar, “Ya masa tanah dibeli kok tidak boleh dibangun. Kita kan tidak bisa apa-apa. Kenapa juga tidak datang sosialisasi? Kalau begini, sekarang yang salah siapa?”.
Sampah Sunmor: Minim Tempat Sampah dan Kesadaran
Seorang pengunjung Sunday Morning terlihat asyik menikmati kue cubit yang baru saja ia beli. Selepas santapannya ludes, tanpa beban ia membuang bungkus plastik ke jalanan dan kembali melangkahkan kaki menyusuri Sunmor.
Pemandangan di atas lumrah terlihat dalam kerumunanan pengunjung Sunday Morning atau Sunmor. Sunmor adalah pasar kaget yang rutin digelar setiap hari Minggu. Daya tarik Sunmor terletak pada beragam produk yang dijajakan oleh lebih dari 784 pedagangnya. Makanan, pakaian, peralatan kos, aksesoris, hamster hingga ikan hias ditawarkan berderet dari Jalan Agro, Jalan Olahraga hingga ujung Jalan Notonagoro.
Namun, tingginya jumlah pengunjung tidak diimbangi dengan tingginya kesadaran untuk mewujudkan lingkungan Sunmor yang bersih. Plastik dan bekas pembungkus makanan berserakan di sepanjang jalan, menimbulkan pemandangan yang tak sedap dipandang mata. Jika hari beranjak siang, dapat dipastikan sampah akan semakin berserakan. “Pengunjung seperti kita, termasuk juga saya, nggak cari tempat sampah. Asal buang saja,” kata Randy Achmad, salah satu pengunjung rutin Sunmor. Minimnya kebersihan Sunmor juga diamini oleh Habibah Soleman yang berasal dari Tidore, “Sisi kebersihan masih kurang, masih kotor. Mau gimana lagi, kita juga nggak mungkin bisamungutin sampah. Takutnya malah ganggu pengunjung lain yang jalan.”