Be-You-Tiful

Menjadi cantik adalah impian bagi setiap wanita. Pendefinisian kecantikan merupakan hal abstrak yang dipengaruhi oleh persepsi zaman dan budaya masing-masing. Sebuah suku bernama suku Hima di Uganda menyandingkan kecantikan dengan tubuh yang gemuk. Hal ini khususnya berlaku bagi gadis-gadis yang akan menikah. Mereka diwajibkan untuk tinggal di sebuah fattening hut untuk menjalani proses penggemukan. Tiap harinya mereka harus meminum beberapa bejana susu berlemak. Semakin gemuk gadis tersebut, maka calon pengantin pria akan semakin bangga dan wanita tersebut diyakini akan membawa kemakmuran.

Sementara itu, masyarakat Provinsi Chin di Burma pernah menggambarkan wanita dengan tato di wajah sebagai simbol wanita yang cantik dan kuat. Tato tersebut mulai diberikan kepada sang wanita ketika ia menginjak usia 11-15 tahun. Kecantikan harus dibayar mahal dengan rasa sakit yang luar biasa, bahkan tak jarang mereka tidak dapat membuka mata ataupun berbicara pada minggu-minggu pertama setelah ditato.

Parameter kecantikan pada paragraf di atas tentu tidak lagi berlaku di era modern ini. Persepsi akan wanita cantik mulai mengalami keseragaman, yaitu identik dengan tubuh tinggi langsing, kulit putih mulus, hidung mancung, dan rambut lurus yang panjang. Sebenarnya, hal tersebut tak dapat dipisahkan dari pengaruh media massa, khususnya iklan. Iklan sering dianggap sebagai penentu kecenderungan, tren, mode dan bahkan dianggap sebagai pembentuk kesadaran manusia modern (Chaney, 2011:19).  Iklan tidak hanya menjadi sarana untuk memasarkan sebuah produk, tapi juga membentuk sebuah ideologi mengenai makna atau image kecantikan. Gempuran iklan-iklan yang menawarkan produk kecantikan dibalut dengan penggambaran yang sangat persuasif dan memiliki peran yang sangat besar dalam menghasilkan serta merekonstruksi arti kecantikan. Masyarakat pun terbujuk dan merasa terjanjikan untuk menggunakan produk yang ditawarkan agar dapat menjadi cantik layaknya model-model yang ada pada iklan.

Melebihi tujuan awalnya, yaitu untuk memasarkan produk, kini iklan dapat menyulap persepsi masyarakat akan definisi cantik. Kondisi ini menuntut masyarakat untuk berpikir lebih cerdas dalam menelan pesan-pesan yang terkandung dalam sebuah iklan. Standar cantik yang dibuat untuk kepentingan kapital melalui iklan tetap tidak menjadi representasi makna cantik yang sesungguhnya. Kecantikan yang hakiki bersumber dari penghargaan diri untuk bangga menerima dan menjaga penampilan diri.

Leave a Reply