Kebangkitan Nasional Tidak Sekedar Seremonial

Kebangkitan Nasional memasuki tahun ke-107 pada 20 Mei 2015 yang lalu. Layaknya momentum hari bersejarah, Kebangkitan Nasional dirayakan di berbagai daerah dengan berbagai acara peringatan. Mulai dari pengobatan gratis, seruan moral, upacara di instansi pemerintah, hingga demonstrasi mahasiswa. Telah menjadi semacam kelaziman di Indonesia jika hari bersejarah (setidaknya) harus diperingati secara seremonial.

Seratus tujuh tahun yang lalu, sebuah organisasi bernama Budi Utomo diprakarsai dan didirikan oleh Dr. Wahidin Soedirohoesodo serta seorang pelajar STOVIA bernama Dr. Soetomo. Budi Utomo merupakan sebuah organisasi modern pertama dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Berkat kehadiran Budi Utomo, perjuangan Indonesia mengalami perubahan yang cukup signifikan. Perjuangan tidak lagi bersifat kedaerahan karena rasa persatuan dan kebangsaan mulai tumbuh. Perlawanan tidak hanya mengandalkan kekuatan fisik tetapi juga dilakukan dengan diplomasi oleh organisasi-organisasi yang dipimpin kaum intelektual bangsa. Oleh sebab itulah tanggal berdirinya Budi Utomo kemudian diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional.

Continue reading

Merapal Mantra Aktualitas dan Faktualitas

Media daring berkembang dengan pesat. Informasi disuguhkan dalam hitungan detik dari genggaman tangan pembaca. Namun, media cetak tetap bergerak pasti dengan menjunjung tinggi dua mantra: aktualitas dan faktualitas.    

Tidak selamanya teknologi dapat menggantikan bentuk fisik. Sebagian orang masih merasa tak afdol dalam mencerna informasi jika hanya mengandalkan media daring. Media cetak tetap dinanti. Surat kabar, buletin, tabloid, maupun majalah menjadi gong informasi yang dapat lebih dipercaya. Berita dirangkai melalui sebuah proses panjang keredaksian yang penuh dengan berbagai macam pertimbangan. Aktualitas dan faktualitas yang dihadirkan secara menyeluruh tersebut masih menjadi poin utama dalam memenangkan hati pembaca.

Continue reading

Mengulik Ragam Kesenian di Kampung Kadipaten

Dinobatkan sebagai kampung wisata dan budaya, Kelurahan Kadipaten memiliki beragam kesenian yang unik. Ragam kesenian ini adalah potensi besar yang menjadi daya pikat utama Kadipaten.

Sejak tahun 2013, Kelurahan Kadipaten telah diproyeksikan untuk berkembang menjadi kampung wisata di Yogyakarta. Penetapan Kadipaten sebagai kampung wisata tentunya tidak serta merta tanpa alasan. Terletak di jantung kota budaya Yogyakarta, aroma kebudayaan serta geliat kesenian tradisional dapat dirasakan betul di Kadipaten. Hal tersebut tentunya tidak dapat dipisahkan dari upaya warganya untuk tetap menjaga dan menggiatkan kearifan lokal melalui berbagai kelompok kesenian.

Continue reading

Geliat Aktivis Lingkungan Di Jogjakarta

Tak hanya tinggal diam, sejumlah warga Yogya berinisiatif membentuk komunitas-komunitas untuk menyikapi masalah lingkungan. Mereka melakukan berbagai kegiatan, mulai dari kampanye hingga pengawalan isu, demi Yogya yang lebih baik.

Minggu (8/3) pagi, Jalan Mangkubumi dipadati oleh masyarakat yang ingin menikmati acara car free day. Di tengah keramaian tersebut, sejumlah anak muda mengenakan kaus hitam bertuliskan angka 60. Mereka tergabung dalam Earth Hour (EH) Jogja, sebuah komunitas peduli lingkungan yang berdiri pada 2010. Ihsan Martasuwita, Ketua EH menjelaskan, “Earth Hour di Indonesia sudah ada sejak 2009. Terus berkembang ke 27 kota lain. Komunitas ini tidak hanya ada di Indonesia, tapi di 159 negara.”

Selama lima tahun berdiri, EH telah melakukan kampanye-kampanye untuk menyadarkan masyarakat akan pentingnya menerapkan gaya hidup yang ramah lingkungan. “Di tahun 2015 ini, kami fokus pada empat kegiatan. Pertama, tentu JogjaPetengan dalam rangka Hari Bumi. Kemudian ada Baby Tree Friends, kami mendonasikan dan memfasilitasi teman-teman yang ingin menanam pohon. Ada juga program KonservAksi penyu di Pantai Samas. Kami juga melakukan roadshow Sesami, Sekolahku Sayang Bumi, ke sejumlah SD setiap bulan,” kata Ihsan.

Continue reading

Contemplating Another Side Of Teenage Life With “Dialog Sakti”

Judul: Dialog Sakti | Penulis: Dinda Imani Khamasasyiah | Penerbit : Elex Media Komputindo | Cetakan : I, 2013 | Tebal: 144 halaman | Harga: Rp 29.800 | ISBN : 978-602-02-2732-0

Sesuai dengan taglinean Emotional September project” yang diangkat oleh penulis, Dialog Sakti  berhasil menghadirkan suasana yang begitu emosional bagi pembacanya. Keenam tulisan dalam novel ini tak sulit untuk dinikmati karena diceritakan dengan mengalir. Tak hanya berisi kumpulan cerita, novel yang ditulis oleh mahasiswa Fakultas Hukum UI 2013 ini juga memuat beberapa puisi, foto, serta permainan tipografi yang membuatnya semakin menarik dan utuh.

Continue reading