Ketika mencari informasi mengenai destinasi wisata di Singapura, saya membaca catatan perjalanan seseorang. Ia menyebutkan nama sebuah tempat: Bras Basah Complex. Diikuti dengan kata “buku” dan “murah”, tempat ini segera menjadi tujuan saya
Kenyataannya untuk menemukan Bras Basah Complex susahnya setengah mati. Walaupun saya telah menuliskan jalan-jalan yang harus saya lalui dari Bugis Station menuju Bras Basah Complex, tapi seperti biasa, saya tetap nyasar.
Mau tahu berapa lama saya berjalan mencari Bras Basah Complex? Hampir dua jam bersama panas dan kaki yang pegal. Google Maps nakal.
Sebelumnya saya membaca bahwa Bras Basah Complex adalah pusat toko buku bekas dan peralatan lukis. Beragam buku dijual murah, di bawah $10 bahkan $3! Singkat cerita, setelah bertanya kepada bapak-bapak becak (seriusan ada becak), saya menemukan Bras Basah Complex. Begitu sampai Bras Basah Complex, saya langsung menemukan toko buku yang paling sering mendapat review: Evernew Book Store.
Saya menyusuri rak demi rak, memerhatikan judul-judul buku yang tersedia. Koleksi toko buku ini cukup beragam, mulai dari buku rohani, fiksi, hingga buku-buku kuliah. Saya menemukan beberapa judul buku yang ditulis oleh Cecillia Ahern, John Grisham, Malcolm Gladwell, hingga Donna Tartt! Buku-buku best seller diletakkan di rak tersendiri dan dihargai sedikit lebih mahal dari buku lain. Saya sempat ingin sekali membeli The Goldfinch-nya Donna Tartt, tapi, tapi… karena bukunya besar sekali sehingga saya nggak tahu mau taruh di mana nanti, saya batalkan niat itu. Kita orang juga harus tetap berhemat walaupun it’s only $7 :’)
Beranjak dari Evernew, saya mendatangi ke Book Point Book Store. Selain dua toko buku tersebut, ternyata tidak banyak toko-toko buku lain yang sesuai dengan ekspektasi saya. Selebihnya, Bras Basah Complex banyak diisi oleh toko-toko yang menjual kebutuhan anak-anak sekolah. Mereka juga menawarkan buku-buku kumpulan ujian nasional! Haha.
Tidak jauh dari Bras Basah Complex, ada Singapore National Library. Saya tidak sempat masuk sih, tapi dari luar saja bangunannya sudah terlihat sangat megah bertingkat-tingkat. Nah, karena sudah haus, capek, lapar, dan kesal nyasar melulu, saya ngawur saja berjalan meninggalkan daerah Bras Basah. Eh, setelah berjalan beberapa blok saya tiba-tiba sampai ke Bugis Street yang memang merupakan tujuan saya selanjutnya! What a surprise! Saya langsung beli es krim agar saya tidak bete lagi, hehe.
PS: Sebenarnya tersesat tidak melulu menyebalkan kok. Ada banyak hal-hal menarik yang bisa kita temukan. Selama tersesat hari itu, saya melihat banyak gedung dan hotel tua yang ada di sekitar Victoria Street. Furthermore, tidak ada yang perlu dikhawatirkan selama tersesat di Singapura. You will feel save anyway.