Badan PBB, World Food Programme (WFP), merilis sebuah aplikasi telepon pintar bernama ShareTheMeal pada 12 November 2015. Mengusung semboyan “the world’s first app against global hunger”, WFP mendedikasikan seluruh donasi yang terkumpul bagi anak-anak pengungsi Suriah di Jordania.
News
Kaos Lukis Asal Tamansari Jogjakarta Tembus Asia Fashion Week 2015
Castle Clothing, brand kaos lukis asal Kampung Wisata Tamansari Jogjakarta berkesempatan mengikuti STYLO Asia Fashion Week pada 4-7 November 2015 di Menara Matrade, Kuala Lumpur, Malaysia. Acara ini diadakan oleh STYLO International bekerjasama dengan Kementerian Perdagangan Malaysia. Sebanyak 36 desainer dari berbagai negara di Asia akan berpartisipasi dalam STYLO Asia Fashion Week 2015. “Kebetulan Castle punya mitra desainer dari Indonesia, Eugenia Fitri Anggra, yang diundang ke Asia Fashion Week. Lantas kami diajak untuk turut memajang karya berupa kaos lukis,” terang Maharsitama Anindita, pendiri Castle Clothing.
Pembangunan Apartemen Uttara Pecah Belah Warga Karangwuni
Dua spanduk yang kontradiktif terpasang di depan Gang Kelapa Gading Jl Kaliurang Km 5,3.
Warga Karangwuni, Sleman, Jogjakarta tidak dapat berhenti resah karena pembangunan Apartemen Uttara tetap berjalan. Warga yang tergabung dalam Paguyuban Warga Karangwuni Tolak Apartemen Uttara (PWKTAU) telah menyuarakan penolakan sejak awal tahun 2014. Namun, hal tersebut tak diindahkan oleh PT Bumi Alam Permata selaku pengembang Uttara. Akibatnya, proyek pembangunan yang tengah berlangsung sangat mengusik dan merugikan warga sekitar. Di lain sisi, sekelompok warga yang menamakan dirinya Paguyuban Warga Karangwuni Peduli Perubahan (PWKPP) menyuarakan hal yang berbeda. Mereka mendukung pembangunan Uttara karena dinilai akan memberikan pengaruh positif bagi warga sekitar.
Adiono selaku pengurus PWKTAU menilai bahwa Uttara telah banyak melakukan pelanggaran. “Di undangan sosialisasi pertama, mereka bilang hanya akan mendirikan indekos eksklusif. Warga Karangwuni yang diundang waktu itu pun bisa dihitung jari. Kemudian tiba-tiba daftar kehadiran sosialisasi dilampirkan menjadi daftar persetujuan. Proses pembuatan berita acara pun tidak melibatkan warga, padahal dalam berita acara ada poin yang menyebutkan bahwa warga Karangwuni tidak keberatan dengan pembangunan Uttara,” terangnya. PWKTAU juga menyayangkan penandatanganan berita acara secara sepihak oleh Dukuh Karangwuni. Dikonfirmasi mengenai hal tersebut, Sarwiyono, Dukuh Karangwuni berujar, “Ya masa tanah dibeli kok tidak boleh dibangun. Kita kan tidak bisa apa-apa. Kenapa juga tidak datang sosialisasi? Kalau begini, sekarang yang salah siapa?”.
Sampah Sunmor: Minim Tempat Sampah dan Kesadaran
Seorang pengunjung Sunday Morning terlihat asyik menikmati kue cubit yang baru saja ia beli. Selepas santapannya ludes, tanpa beban ia membuang bungkus plastik ke jalanan dan kembali melangkahkan kaki menyusuri Sunmor.
Pemandangan di atas lumrah terlihat dalam kerumunanan pengunjung Sunday Morning atau Sunmor. Sunmor adalah pasar kaget yang rutin digelar setiap hari Minggu. Daya tarik Sunmor terletak pada beragam produk yang dijajakan oleh lebih dari 784 pedagangnya. Makanan, pakaian, peralatan kos, aksesoris, hamster hingga ikan hias ditawarkan berderet dari Jalan Agro, Jalan Olahraga hingga ujung Jalan Notonagoro.
Namun, tingginya jumlah pengunjung tidak diimbangi dengan tingginya kesadaran untuk mewujudkan lingkungan Sunmor yang bersih. Plastik dan bekas pembungkus makanan berserakan di sepanjang jalan, menimbulkan pemandangan yang tak sedap dipandang mata. Jika hari beranjak siang, dapat dipastikan sampah akan semakin berserakan. “Pengunjung seperti kita, termasuk juga saya, nggak cari tempat sampah. Asal buang saja,” kata Randy Achmad, salah satu pengunjung rutin Sunmor. Minimnya kebersihan Sunmor juga diamini oleh Habibah Soleman yang berasal dari Tidore, “Sisi kebersihan masih kurang, masih kotor. Mau gimana lagi, kita juga nggak mungkin bisamungutin sampah. Takutnya malah ganggu pengunjung lain yang jalan.”
Hidup Nyaman Bersama Ancaman Gempa
Gempa bumi telah menjadi ancaman langganan dalam kehidupan masyarakat Bantul, Yogyakarta, dan sekitarnya. Walaupun demikian, tak lantas kemunculan gempa hanya sekedar angin lalu. Bagi mereka, gempa tetap menjadi bayang-bayang dalam kenyamanan hidup. Pemerintah, LSM, dan masyarakat terus bahu-membahu merancang langkah-langkah preventif dan represif gempa.
Informasi mengenai gempa yang diterima masyarakat Bantul, Yogyakarta melalui pesan berantai dan media sosial pada Rabu (3/6) terbukti tidak benar. Hal ini dapat dipastikan setelah Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bantul mengklarifikasi berita menghebohkan ini. Salah satu warga Bantul yang menerima pesan berantai tersebut adalah Lucky Lukmanul Hakim (20). Ia mengaku sempat dibuat panik oleh pesan yang didapatkannya melalui WhatsApp. Selepas membaca, Lucky segera keluar dari rumahnya untuk mengecek keadaan sekitar, “Pertama saya tidak percaya, soalnya sebelum kejadian itu sudah ada gempa kecil. Biasanya kalau sudah ada gempa kecil, tidak akan ada gempa besar,” ujarnya.
Efek pesan berantai yang menimbulkan masyarakat panik dibenarkan oleh Immanuel Radityo, peneliti dari Divisi Kebencanaan Center of Public Mental Health (CPMH) Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Radityo menyimpulkan bahwa informasi yang disampaikan melalui pesan berantai dan media sosial akan menyebar dengan sangat cepat. Menurutnya, kepanikan masyarakat wajar terjadi dalam kondisi demikian, “Kesimpulan yang ditarik masyarakat dari pesan menunjukkan gejala yang sama dengan gempa di tahun 2006. Oleh sebab itu, masyarakat menjadi panik. Timbul prasangka atau pikiran akan terjadi hal sama”, terang Radityo.