Modern Times, menurut saya, adalah sebuah film yang wajib untuk ditonton. Film yang rilis pada tahun 1936 ini tak hanya menawarkan akting Charlie Chaplin yang kocak dan menghibur, namun juga memuat nilai-nilai esensial yang mewakili kehidupan pada dunia nyata. Secara tidak sadar, kita dihadapkan pada isu-isu penting yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat pada masa itu. Salah satu sorotan yang intens digambarkan pada film ini adalah mengenai kehidupan masyarakat kelas bawah dan juga buruh.
Tokoh utama Modern Times, Little Tramp dan juga Gamine The Girl dikisahkan sebagai seseorang yang kurang beruntung. Little Tramp begitu miskin, bodoh, sering ditimpa kesialan serta tidak mempunyai keterampilan kerja yang memadai. Hal tersebut membuatnya seringkali harus berganti-ganti pekerjaan dalam waktu singkat. Di lain sisi, Gamine dikisahkan sebagai seorang tunawisma yang ayahnya terbunuh pada sebuah demonstrasi buruh. Kedua sosok tersebut akhirnya berteman dan bersama-sama gigih mencari sumber pendapatan yang, pada masa itu, amat langka.
Modern Times adalah film karya Chaplin yang diproduksi selepas ia mengambil cuti dari panggung hiburan untuk melakukan travelling ke beberapa negara selama enam belas bulan. Dalam perjalanannya tersebut, Chaplin banyak memeroleh pengalaman serta ilmu baru dari berbagai tokoh dan hal-hal menarik yang ia temui. Hal tersebut memberikan inspirasi dan insight baginya untuk mengangkat isu world affair ke dalam Modern Times.
Sesuai judul yang diangkat, Modern Times banyak mengulas awal kehidupan modern yang ditandai dengan industrialisasi. Industrialisasi sendiri adalah sebuah transformasi bidang ekonomi dan kultural dari masyarakat berbasis agraris menjadi berbasis industri. Industrialisasi pada suatu negara juga ditandai dengan aktivitas manufaktur barang dalam skala besar serta erat kaitannya dengan penggunaan mesin-mesin yang diciptakan untuk membantu proses produksi.
Krisis ekonomi, dan industrialisasi adalah isu utama yang disajikan dalam film ini. Dapat kita saksikan, Modern Times berlatarkan situasi sosial yang diwarnai dengan krisis, pengangguran dan minimnya lahan pekerjaan. Little Tramp yang menjadi bagian dari masyarakat kelas bawah, terpaksa harus berebut mencari pekerjaan, bergelut dengan tuntutan kerja yang sedemikian rupa, serta dipaksa tunduk dan patuh pada mesin yang meraja. Penggambaran fungsi mesin pada film ini pun seringkali disajikan secara kocak. Tak jarang Little Tramp dibuat pusing dengan kinerja mesin yang justru membuat kagiatan kerja menjadi rumit dan tertekan. Bukan Chaplin juga namanya jika pada akhirnya ia tak berulah dengan mesin-mesin tersebut sehingga membuat semua orang kewalahan.
Saya begitu penasaran ketika dosen berkata bahwa Modern Times adalah salah satu film bisu (silent movie) yang besar pada masanya. Pasalnya, saya belum pernah menyaksikan film bisu sebelumnya. Dalam bayangan saya, film bisu adalah film yang sepenuhnya tidak mengandung unsur suara, sedikitpun. Ternyata dugaan saya salah! Walaupun film-film Chaplin identik dengan kebisuan dan pantomin, bukan berarti kita hanya akan menyaksikan gambar yang bergerak. Film ini diwarnai dengan theme song serta backsound yang cukup atraktif pada setiap babaknya.
Suara dialog antar pemain tidak dimunculkan sehingga perhatian penonton akan lebih terfokus pada mimik dan gerak tubuh Little Tramp yang kocak maupun gerak gemulai Gamine The Girl yang sangat memesona. Sepanjang alur cerita, suara pemain hanya ditampilkan dalam adegan bos yang memerintah pekerjanya melalui layar televisi, salesman yang mempromosikan mesin makan pekerja melalui phonograf, dan adegan Little Tramp menyanyi di sebuah kafe. Chaplin melalui pernyataannya menegaskan bahwa dialog memang bukan merupakan hal penting dalam film-filmnya.
“Dialogue may or may not have a place in comedy. Dialogue doesn’t habe a place in a sort of comedies I make. For myself, I know that I can not use dialogue.”
Walaupun mengandung pesan-pesan yang cerdas dan dibalut dengan teknik produksi yang cukup apik, menonton Modern Times kadang kala juga membuat kita merasa bodoh. Pasalnya, komedi yang dihadirkan Chaplin seringkali lahir dari adegan-adegan kekerasan maupun penyiksaan yang dibuat lucu. Tipikal komedi slapstick, singkatnya. Slapstick sendiri adalah istilah yang merujuk pada jenis komedi fisik yang universal dan mudah dicerna. Ciri khasnya adalah akting yang agresif, kasar, sarat dengan adegan-adegan perusakan dan kekerasan fisik yang dapat menimbukan derita, celaka serta aniaya pada pemainnya. Kata slapstick diambil dari tongkat kayu yang pada awal perkembangan komedi ini digunakan badut-badut untuk saling memukul sehingga memancing tawa penonton.
Dapat disimpulkan secara keseluruhan, film ini cukup menghibur terlepas dari segala kekurangannya. Modern Times layak ditonton beramai-ramai dengan teman-teman. Akting Chaplin yang kocak niscaya dapat membuat anda terpingkal-pingkal.