Dari Jalanan Menuju Pagelaran Seni

Kreativitas tak lagi hanya disalurkan melalui media konvensional seperti kertas gambar atau kanvas lukis. Street art mengambil alih ruang publik untuk difungsikan sebagai sarana berkreasi. Street art merupakan cabang seni rupa yang memanfaatkan tembok jalanan, tiang listrik, kotak pos, gardu listrik, jembatan dan fasilitas publik lain sebagai sarana melukis. Terdapat beberapa jenis street art yang dapat kita temui di antaranya mural, graffiti, wheat paste, tape art, hingga stensil.

Namun, keberadaan street art tak lepas dari pro dan kontra. Pemanfaatan ruang publik tanpa izin membuat street art digolongkan sebagai bentuk vandalisme yang dapat mengotori, merusak, dan memperkumuh pemandangan kota. Di Yogyakarta, peraturan yang kerap digunakan untuk membatasi vandalisme adalah Perda Kota Yogyakarta No. 18 Tahun 2002 tentang Pengelolaan Kebersihan. Dalam Pasal 16 disebutkan bahwa siapapun dilarang mengotori  dan atau merusak pohon perindang, tanaman, bangunan dan fasilitas umum. Selain itu, untuk mempertegas penolakan terhadap vandalisme, Wali Kota Yogyakarta Haryadi Suyuti menggagas Forum Jogja Bersih Vandalisme pada Mei 2014 lalu.

Continue reading

Memimpikan Yogyakarta sebagai Smart City

Berkaca pada Singapura sebagai pelopor smart city, Festival Kota Gadjah Mada (Festagama) 2015 menggelar diskusi “Tantangan Smart City  untuk Yogyakarta Berbudaya” pada 2 Mei. Diskusi ini mengulas apa saja yang perlu dilakukan menuju Yogya modern yang nyaman untuk semua warganya.

Sabtu (2/5) sore itu Taman Budaya Yogyakarta dipadati oleh pengunjung yang antusias mendatangi Festagama Expo 2015. Selain mengamati pameran hasil karya mahasiswa Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota  Jurusan Arsitektur dan Perencanaan UGM, pengunjung juga menantikan diskusi yang menghadirkan Guru Besar Arsitektur UGM Achmad Djunaedi, Pakar Smart Campus Muh. Aditya Arief Nugroho, dan  Kepala Bidang Sarana dan Prasarana Bappeda Provinsi DIY Ni Made Dwi Indrayanti.

Di dalam smart city kebutuhan penduduk dapat diakses dengan cepat, stabilitas ekonomi sosial terjaga, serta terdapat kecukupan infrastruktur yang didukung oleh teknologi dan informasi. Smart city  memiliki enam unsur utama yaitu:

  1. Smart economy : mengacu pada pemanfaatan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dalam proses produksi distribusi barang atau jasa sehingga lebih efektif dan efisien.
  2. Smart governance : peningkatan kinerja internal pemerintah dan pelayanan publik dengan menggunakan sistem online. Penerapannya akan meningkatkan efisiensi kinerja pemerintah, memangkas birokrasi, menghemat anggaran dan mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam demokrasi.
  3. Smart mobility : tersedianya beragam moda dan sistem transportasi yang memudahkan akses mobilitas masyarakat.
  4. Smart environment : pemanfaatan kemajuan teknologi untuk melindungi dan memelihara lingkungan kota, termasuk di dalamnya mencakup pengelolaan air bersih, sampah, dan limbah.
  5. Smart living : penciptaan kualitas hidup yang nyaman bagi masyarakat dengan beberapa indikator yaitu kesehatan, perumahan, persampahan, energi, sarana rekreasi dll.
  6. Smart people : tidak hanya mengacu pada kualifikasi edukasi dan kemampuan masyarakat dalam menggunakan teknologi, melainkan juga kualitas interaksi sosial yang terbentuk.

Continue reading

Pawiwahan Ageng Disiarkan Secara Live Streaming

YOGYAKARTA – Prosesi Pawiwahan Ageng (pernikahan agung) GRAj Nur Abrajuwita, nama lahir Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hayu dan Angger Pribadi Wibowo atau Kanjeng Pangeran Haryo (KPH) Notonegoro pada tanggal 21-23 Oktober 2013 disiarkan secara live streaming di website resmi Pawiwahan Ageng, kratonwedding.com. Live streaming prosesi Pawiwahan Ageng terwujudkan sebagai bentuk kerja sama anatara Kraton Yogyakarta dengan Jogja TV dan Usee TV. Selain disiarkan melalui website Kraton Wedding, live streaming juga dapat diakses melalui situs www.useetv.com, www.harianjogja.com, dan tv.solopos.com. Latar belakang KPH Notonegoro yang bekerja di New York sebagai diplomat United Nation Development Programme (UNDP) dan GKR Hayu yang pernah menempuh pendidikan di Australia, Singapura, Amerika, dan Inggris, membuat pasangan tersebut merasa perlu untuk membagi momen bahagianya dengan rekan-rekan yang berhalangan hadir dalam rangkaian prosesi Pawiwahan Ageng yang digelar di area Keraton Yogyakarta.

Continue reading