Berkembang dan Berdaya bersama NGO

Mayoritas dari kita pasti gemar mengeluhkan masalah-masalah yang tengah melanda Indonesia. Tak jarang kita jadi sering menyalahkan kinerja pemerintah yang terkesan lambat dan tidak solutif. Namun, maukah kita memulai usaha untuk ikut mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada di sekitar kita?

Perubahan tidak seharusnya ditunggu, tapi dapat pula diciptakan. Di era keterbukaan seperti sekarang, banyak sekali sarana yang bisa dimanfaatkan masyarakat untuk berpartisipasi secara aktif dalam menciptakan perubahan. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan mengikuti atau mendirikan organisasi yang memiliki visi dan misi kontributif bagi kemajuan bangsa. Namun sayangnya, tidak banyak anak muda Indonesia yang aktif berorganisasi. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Pamflet dan Demos pada 2014, sebanyak 62% anak muda di lima kota besar Indonesia tidak mengikuti kegiatan organisasi apapun. Sementara itu, 26.8% anak muda terhitung menjadi anggota dalam organisasi di tingkat sekolah/universitas, RT, RW, kecamatan, kelurahan dan kabupaten. Sisanya, yaitu sebanyak 11.2%, menjadi pengurus harian dalam organisasi di tingkat sekolah/universitas, RT, RW, kecamatan, kelurahan, kabupaten, dan nasional.

Non-Governmental Organization (NGO). Keberadaan NGO selama ini telah mampu memberikan sumbangsih besar untuk mengurangi masalah-masalah yang terjadi di dunia maupun Indonesia.

Mengenal NGO Lebih Dalam

Istilah Non-Governmental Organization dicetuskan pertama kali pada tahun 1945 oleh PBB. Pada waktu itu, istilah NGO digunakan untuk membedakan hak partisipatif antara badan-badan pemerintah (intergovernmental agencies) dan organisasi-organisasi swasta internasional (international private organizations). NGO juga sering disebut dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau Civil Society Organization (CSO). Walaupun berbeda nama, ketiganya memiliki persamaan yaitu tidak mempunyai keterkaitan dengan pemerintah serta tidak berorientasi pada profit.

NGO merupakan bentuk partisipasi dan kontribusi aktif masyarakat sipil (civil society). Selain itu, NGO juga dapat dikatakan sebagai bentuk gerakan sosial masyarakat untuk memecahkan masalah-masalah sosial seperti kemiskinan, pelanggaran HAM, lingkungan hidup, dll. Penggiat NGO tentu juga berasal dari masyarakat yang memiliki ketertarikan dan keterampilan pada isu-isu yang menjadi perhatian NGO tersebut. Mereka secara terbuka mengajak masyarakat lain untuk turut peduli pada isu yang diangkat serta memfasilitasi masyarakat yang ingin berdonasi. Oleh sebab itulah, kegiatan utama NGO banyak dicirikan dengan pelayanan sukarela (voluntary service) dan penggalangan bantuan amal (charitable donation).

Bidang-bidang yang menjadi perhatian NGO beraneka macam, namun peran NGO dapat diklasifikasikan ke dalam tiga jenis yaitu implementer, catalyst, dan partner. Pertama, NGO dengan peran implementer yang berfokus pada pemberian jasa dan layanan kepada masyarakat yang membutuhkan. Contoh layanan tersebut meliputi perawatan kesehatan atau pertolongan tanggap darurat. Kedua, NGO dengan peran catalyst dapat diidentifikasi dari kemampuan NGO dalam mempelopori pemikiran serta gagasan mengenai perubahan sosial. Contoh kegiatan NGO dengan peran catalyst di antaranya advokasi atau kampanye kesetaraan gender. Melalui aksi tersebut diharapkan NGO mampu menyadarkan masyarakat akan suatu isu serta mempengaruhi proses pengambilan keputusan. Peran ketiga, NGO sebagai partner merefleksikan hubungan kerjasama antara NGO dengan pemerintah, lembaga pendonor, atau lembaga-lembaga swasta. NGO dan lembaga-lembaga ini mengadakan program-progam yang memiliki tujuan sosial bagi masyarakat.

Kontribusi Bagi Dunia Internasional Hingga Masyarakat Lokal

NGO sebagai agen pergerakan sosial dalam masyarakat telah hadir pada awal abad ke-20. Salah satu perintis NGO di tingkat internasional adalah Save The Children. Ketika didirikan oleh Edlantyne Jebb pada tahun 1919 di Inggris, SCF berfokus untuk membantu anak-anak korban Perang Dunia I dan II serta krisis Great Depression. Gerakan SCF dengan cepat menyebar ke seluruh dunia. Kini, SCF menjadi salah satu NGO yang memberikan perhatian serta bantuan yang besar dalam menyelesaikan masalah anak-anak di seluruh dunia.

Selain SCF, masih banyak NGO internasional lainnya yang memiliki pengaruh besar di antaranya Amnesty International yang bergerak di bidang hak asasi manusia serta Greenpeace di bidang lingkungan hidup.

Lalu bagaimana dengan perkembangan NGO di Indonesia? Jangan ditanya, ada banyak sekali NGO yang telah memberikan kontribusi positif bagi negeri. Indonesian Corruption Watch (ICW) adalah salah satunya. NGO ini mempunyai dedikasi yang tinggi dalam menyelidiki dan mengungkap kasus korupsi yang terjadi di lembaga pemerintahan atau swasta di tingkat daerah hingga nasional. Upaya penegakan hukum dan pemberantasan korupsi yang dilakukan oleh ICW mendapatkan penghargaan Honorable Mention dalam Allard Prize Integrity 2015. Sementara di Jogjakarta, kita dapat menemui WALHI, sebuah NGO yang bergerak di bidang advokasi lingkungan hidup. “Dalam proses advokasi yang dilakukan WALHI, ada tiga poin yang menjadi titik berat yaitu kampanye, riset kajian kebijakan dan data, serta pengorganisasian masyarakat. Ketika bertujuan untuk  mempengaruhi kebijakan pemerintah kami kuatkan riset agar dapat menjadi referensi dalam mengawal kebijakan. Harapan kami kebijakan tersebut benar-benar pro terhadap rakyat dan lingkungan,” kata Halik Sandera, Direktur Eksekutif WALHI Jogjakarta.

Wadah Berpraktik Anak Muda

Perubahan dapat digagas melalui NGO. Tak hanya para praktisi profesional saja yang berhak berkecimpung dalam NGO, anak muda juga memiliki hak dan peluang yang sama. Anak muda dapat bergabung dengan NGO sesuai dengan bidang ketertarikan masing-masing. Ada banyak manfaat yang dapat dipelajari ketika bergabung bersama NGO, di antaranya meningkatkan kemampuan berorganisasi, riset, relasi, dan pemahaman akan permasalahan riil yang terjadi di masyarakat. Lebih dari itu, anak muda dapat bersama-sama mendirikan sebuah NGO. Contoh NGO anak muda di Indonesia adalah Indonesian Future Leaders yang bergerak di bidang pemberdayaan pemuda untuk perubahan sosial. Mereka juga menginisiasi gerakan nasional Parlemen Muda yang bertujuan untuk mengajak anak muda peduli, paham, dan kritis pada politik.

Keterkaitan positif antara NGO dan anak muda turut dibenarkan oleh Dr. Suharko, seorang peneliti dan dosen Sosiologi UGM, “Selama ini NGO menjadi salah satu wadah belajar dan berpraktik bagi anak muda. Kita dapat melihat ada banyak sekali NGO yang dibentuk anak muda, bahkan mereka yang masih aktif kuliah. Saya kira NGO telah menjadi wahana aktivisme anak muda untuk menyalurkan dan mengekspresikan pendapat. Bahkan juga menjadi saluran langsung untuk bertindak dan membantu menyelesaikan banyak hal dalam kehidupan berbangsa,” kata Suharko.

Namun seberapa banyak anak muda yang  berminat untuk terjun dan berkarir ke dalam NGO? Seorang mahasiswa Fakultas Hukum UGM, Martha Yasidaneska Sooai, menceritakan bahwa ia memiliki ketertarikan untuk bekerja di NGO. “Aku ingin bekerja di NGO yang memperjuangkan pembelaan hak-hak anak dan perempuan. Dengan bergabung atau berkarir dalam NGO, aku rasa kita bisa langsung tahu bagaimana keadaan masyarakat yang sebenarnya,” ujarnya. Bagaimana denganmu? (chk)

 

Daftar Pustaka

Ball, Colin. 1995. Non-Governmental Organisations: Guidelines for Good Policy and Practice. London: The Commonwealth Foundation.

Mosttashari, Ali. 2005. An Introduction to Non-Governmental Organisations Management. Massachuetts: Iranian Studies Group at MIT.

Save The Children. 2007. 75 Years of Save The Children: Creating Lasting, Positive Change In The Lives of Children in the United States and Around The World. Terarsip dalam http://www.savethechildren.org/atf/cf/%7B9def2ebe-10ae-432c-9bd0-df91d2eba74a%7D/75th-anniversary-brochure-final-low-res.pdf. Diakses pada 7 November 2015.

Werker, Eric D. 2007. What Do Non-Governmental Organization Do? Massachuetts: Harvard Business School.

Leave a Reply