Rangkaian perayaan Dies Natalis Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UGM ke-60 resmi dibuka pada Jumat (18/9) pagi di Selasar Barat Fisipol. Pembukaan tersebut ditandai dengan pemukulan gong serta pelepasan balon berhadiah oleh Dekan Fisipol Erwan Agus Purwanto. Pada kesempatan tersebut, Agus Heruanto Hadna selaku Ketua Panitia Dies Natalis Fisipol ke-60 berharap Fisipol mampu menyikapi perkembangan dunia global dengan cerdik. Hal ini sejalan dengan tema Smart Action Toward Global Society yang diusung Dies Natalis Fisipol tahun ini.
Author: Dzikri Sabillah Anwar
Menikmati McDonald’s dengan Selera Lokal (Tinjauan Fenomena Glokalisasi)
Laju McDonald’s
Menjamurnya gerai fast food atau makanan cepat saji telah menjadi fenomena yang tidak dapat dihindari. Begitu pula dengan yang terjadi di Indonesia, kita dapat dengan mudah menjumpai beragam gerai makanan cepat saji. Bahkan gerai makanan cepat saji tidak hanya dapat ditemukan di kota-kota besar saja, kota-kota kecil juga tidak luput dari keberadaan gerai makanan cepat saji walaupun jumlahnya tidak sebanyak di kota besar. Makanan cepat saji telah menjadi bagian baru dalam kehidupan masyarakat dan juga anak muda.
Salah satu gerai makanan cepat saji yang mengalami pertumbuhan yang pesat adalah McDonald’s. McDonald’s didirikan oleh Dick, Mac McDonald, dan Ray Kroc pada 1955 di Amerika Serikat. Sebelum Ray Kroc bergabung, bakal McDonald’s merupakan gerai kecil bernama McDonald’s Bar-B-Q Open yang telah dirintis Dick dan Mac McDonald sejak 1940. Gerai yang berada di 14th and E street San Bernadino, California ini didesain agar para pengendara mobil dapat mengunjunginya dengan mudah (car hop service). Mereka menjual beberapa menu makanan dan minuman seperti hamburger, cheeseburger, kentang goreng, dan soft drink. Karena menu yang mereka buat terbatas, mereka berkomitmen untuk memberikan sajian yang berkualitas dengan pelayanan yang cepat kepada pelanggan.
McDonald’s mulai berkembang pesat ketika Ray Kroc mencetuskan visi agar gerai makanan cepat saji ini dapat memiliki cabang di seluruh Amerika Serikat. Untuk memaksimalkan pekembangan, Ray Kroc merancang model bisnis franchise atau waralaba. Cabang-cabang waralaba McDonald’s yang ada diwajibkan untuk menerapkan standar kerja yang dijunjung tinggi McDonald’s, yaitu kualitas, servis, kebersihan, dan value.
Sampah Sunmor: Minim Tempat Sampah dan Kesadaran
Seorang pengunjung Sunday Morning terlihat asyik menikmati kue cubit yang baru saja ia beli. Selepas santapannya ludes, tanpa beban ia membuang bungkus plastik ke jalanan dan kembali melangkahkan kaki menyusuri Sunmor.
Pemandangan di atas lumrah terlihat dalam kerumunanan pengunjung Sunday Morning atau Sunmor. Sunmor adalah pasar kaget yang rutin digelar setiap hari Minggu. Daya tarik Sunmor terletak pada beragam produk yang dijajakan oleh lebih dari 784 pedagangnya. Makanan, pakaian, peralatan kos, aksesoris, hamster hingga ikan hias ditawarkan berderet dari Jalan Agro, Jalan Olahraga hingga ujung Jalan Notonagoro.
Namun, tingginya jumlah pengunjung tidak diimbangi dengan tingginya kesadaran untuk mewujudkan lingkungan Sunmor yang bersih. Plastik dan bekas pembungkus makanan berserakan di sepanjang jalan, menimbulkan pemandangan yang tak sedap dipandang mata. Jika hari beranjak siang, dapat dipastikan sampah akan semakin berserakan. “Pengunjung seperti kita, termasuk juga saya, nggak cari tempat sampah. Asal buang saja,” kata Randy Achmad, salah satu pengunjung rutin Sunmor. Minimnya kebersihan Sunmor juga diamini oleh Habibah Soleman yang berasal dari Tidore, “Sisi kebersihan masih kurang, masih kotor. Mau gimana lagi, kita juga nggak mungkin bisamungutin sampah. Takutnya malah ganggu pengunjung lain yang jalan.”
28 Best Advice For Traveling in Singapore
Singapore has been a really nice place to visit. I could say, it’s totally worth visiting. All you have to do is save your money and look around for tickets promo! Since Singapore has impressed me with wonderful and joyful experiences, I would like to share some 28 travel tips –or whatever you may call it. Enjoy!
Days at the Museums
Selama di Singapura, saya mengunjungi tiga museum: Asian Civilisations Museum, Peranakan Museum, dan Singapore National Museum. Ketiganya berhasil membuat saya terkagum-kagum.
Bertemu Asian Civilisations Museum Dengan Tidak Sengaja
Selepas berhasil menginjakkan kaki di pusat kota Singapura, tempat pertama yang saya kunjungi adalah Asian Civilisations Museum. Sebenarnya, dua tujuan pertama saya berdasar itinerary adalah Merlion Park dan Esplanade. Namun, saya cukup kesulitan untuk mencapainya dari Raffles Place Station. FYI, Raffles Place merupakan kawasan Central Business District (CBD) di Singapura. Saya sampai di Raffles Place Station jam satu siang, ramai-ramainya pegawai kantor istirahat. Otomatis saya yang mudah disorientasi di tengah-tengah keramaian ini jadi disorientasi beneran. Walaupun arah menuju Merlion Park yang tertulis di itinerary terlihat sangat simpel, saya tetep muter-muter nggak jelas. Setelah berjalan cukup lama, akhirnya saya menemukan sebuah bangunan bertuliskan Asian Civilisations Museum!
Asian Civilisations Museum terdiri dari dua lantai. Di galeri lantai satu, mereka sedang mangadakan pameran sejarah perkembangan Singapura untuk merayakan Hari Jadi Singapura Yang Ke-50 (SG50). Mereka menyajikan bagaimana Singapura mengalami perkembangan di bidang militer, pendidikan, politik, ekonomi, infrastruktur dll. Di lantai dua baru kita bisa mengeksplorasi lebih dalam mengenai sejarah dan kebudayaan negara-negara di Asia, khususnya Asia Tenggara.