Menonton Kehidupan Selebriti Sebagai Hiburan (Tinjauan Web Series “Anak Artis: The New Royalty” dalam akun YouTube KapanLagi.Com)

Televisi Tak Lagi Menjadi Satu-Satunya Sumber Kebutuhan Akan Hiburan

Hiburan merupakan kebutuhan yang tak dapat disangkal. Manusia membutuhkan hiburan untuk melupakan sejenak permasalahan-permasalahan yang sedang dihadapi. Terdapat beragam cara dan fasilitas yang dapat digunakan untuk memperoleh hiburan. Salah satu sumber yang dapat dimanfaatkan adalah media. Terkait dengan pemenuhan kebutuhan akan hiburan, media memiliki fungsi diversion. Media menawarkan tiga hal: stimulation atau pencarian untuk mengurangi rasa bosan, relaxation atau pelarian dari tekanan dan kegiatan rutin, serta emotional release atau pelepasan emosi dari perasaan dan energi yang terpendam.

Hiburan yang ditawarkan oleh media dapat dijangkau melalui kehadiran televisi, radio, internet, surat kabar, tabloid dan majalah. Dari sejumlah pilihan tersebut, televisi masih menjadi media yang memiliki tingkat popularitas tinggi dalam masyarakat. Hasil riset yang dilakukan oleh AGB Nielsen pada Mei 2014 menyatakan bahwa televisi masih menjadi medium utama yang dikonsumsi oleh 95% masyarakat Indonesia. Tingkat penetrasi yang besar membuat televisi memiliki perhatian yang tinggi dalam menyajikan konten-konten hiburan seperti musik, film, olahraga, sinetron, infotainment, kuis, dll.

Di lain sisi, program-program hiburan yang ditawarkan oleh televisi mulai mengalami kejenuhan. Konten hiburan televisi Indonesia didominasi oleh program musik, infotainment, FTV (film televisi), reality show, sinetron, dan variety show. Sebagian besar program-program tersebut dinilai tidak memiliki kualitas yang baik dan hanya dibuat untuk mengejar rating. Oleh sebab itu, kehadiran internet memberikan alternatif  bagi masyarakat untuk memperoleh hiburan baru. Jika dibandingkan dengan televisi, internet memiliki karakter yang lebih interaktif. Pengakses secara aktif dapat memperoleh konten apapun yang menjadi keinginannya.

YouTube, Alternatif Dan Pengganti Media Penyiaran Konvensional

YouTube sebagai sebuah video-sharing website memiliki sejumlah kekuatan yang potensial dalam menandingi media penyiaran konvensional. Dengan slogan “Broadcast Yourself”, YouTube memfasilitasi orang-orang biasa untuk mengunggah dan mempublikasikan video diri maupun video kreasi yang mereka buat. Pada akhirnya, video tersebut dapat disaksikan secara global oleh semua orang di dunia. Kesempatan tersebut menjadi sebuah kelebihan yang sebelumnya tidak mampu difasilitasi oleh televisi.

Menurut Karim (dalam Burgess, 2010:2), YouTube memiliki empat fitur kunci yang membuat situs ini sukses, yaitu: (a) fitur video rekomendasi yang ditampilkan dalam related videos, (b) fitur tautan untuk membagikan video, (c) fitur komentar dan pemanfaatan jaringan sosial yang lain, serta (d) fitur embeddable video player. Berkat dukungan dari fitur-fitur ini, YouTube mengalami perkembangan pesat sejak diluncurkan pada tahun 2005. Sebagai gambaran, terdapat lebih dari 1 milyar pengguna baru (unique user) dan lebih dari 6 milyar jam video yang ditonton setiap bulan. Sementara itu, terdapat lebih dari 1 milyar views serta jutaan subscriptions yang terjadi setiap hari. Dalam hitungan menit, terdapat 100 jam video yang diunggah ke dalam situs ini. Jika YouTube diibaratkan sebagai mesin pencari, maka YouTube telah menjadi situs kedua yang paling sering diakses setelah Google. Lembaga survei AGB Nielsen pun mengakui bahwa YouTube menjangkau orang dewasa berumur 18-34 tahun secara lebih efektif jika dibandingkan dengan televisi kabel.

Kekuatan tersebut membuat banyak pihak tertarik untuk bergabung dengan YouTube. Mulai dari pengiklan, industri olahraga, artis, aktivis, institusi budaya, bahkan pihak stasiun televisi ikut bergabung. Setiap partisipan tersebut menyasar YouTube dengan maksud dan tujuan tertentu. Hal tersebut secara kolektif membentuk YouTube sebagai sebuah sistem kultural yang dinamis yaitu YouTube sebagai wadah budaya partisipatoris. Jenkins (dalam Burgess, 2010:10) menuturkan bahwa budaya partisipatoris adalah sebuah kesempatan di mana penggemar (fans) dan pengguna yang lain saling berpartisipasi secara aktif dalam membuat dan mengedarkan konten baru. Munculnya budaya partisipatoris ini disebabkan karena keberadaan teknologi digital yang mudah diakses, konten yang memberdayakan pengguna (user created content) serta perubahan hubungan kekuasaan antara industri media dan konsumen.

Tinjauan Web Series Pada Youtube Sebagai Sumber Hiburan Baru

Budaya partisipatoris yang berkembang di dalam YouTube dapat dilihat dari banyaknya konten-konten yang dibuat dan diunggah oleh pengguna. Salah satu contoh konten unggulan YouTube adalah web series. Menurut Moreau (2015), web series adalah seri video yang terbagi dalam beberapa episode dan ditayangkan secara berkala untuk mengisahkan suatu cerita yang utuh. Sedangkan pengertian lain menyebutkan bahwa web series adalah sebuah hiburan terseri yang didistribusikan lewat media internet. Sebuah web series biasanya berdurasi sekitar dua hingga delapan menit dan diproduksi oleh orang-orang biasa. Hal tersebut menjadi memungkinkan karena produksi web series tidak harus membutuhkan biaya tinggi atau peralatan yang canggih. Keberhasilan suatu web series akan ditentukan dari ide-ide kreatif yang diangkat sehingga mampu menarik banyak penonton atau subscribers.

Salah satu web series yang terkenal di dunia adalah “The Lizzie Bennet Diaries” yang mengahadirkan cerita adaptasi novel Pride and Prejudice versi modern. Akun YouTube The Lizzie Bennet Diaries telah memiliki 264.049 subscribers. Sedangkan di Indonesia, web series menjadi populer berkat serial “Malam Minggu Miko” yang dibuat oleh penulis Raditya Dika. Selain berfokus pada konten hiburan, terdapat sejumlah web series lain yang mengangkat topik menarik, contohnya “Provocative Proactive” yang mengulas politik, “Bola Total” yang membahas olahraga sepak bola, serta “CONQ” yang menghadirkan cerita seputar isu LGBTQ.

Web Series Anak Artis Dan Strategi Rebranding KapanLagi.com

Kepopuleran web series pada beberapa tahun terakhir banyak menarik minat media dan indutsri besar. Akhirnya, beberapa media dan pengiklan ikut menyuguhkan sajian web series. Media online malesbangetdotcom atau MBDC menjadi salah satu media yang aktif memanfaatkan YouTube untuk menyebarluaskan konten-kontennya. MBDC juga produktif  memproduksi web series, beberapa di antaranya adalah “Jalan-Jalan Men”, “Bukan Jam Kantoran”, “Bulan-Bulanan”, “NyamNyamNyam” dan “Pojok Humor”. Berkat konten kreatif yang mereka buat, MBDC telah berhasil menjaring 253.341 subscribers.

            Jumlah subscribers yang potensial membuat MBDC menjadi sasaran banyak pengiklan. Dufan, KitKat, LangitMusik, Mizone, Aqua, Magnum, Indosat, dan Fitbar adalah beberapa brand yang mempercayakan kegiatan promosi kepada MBDC. Menariknya, iklan-iklan dalam MBDC juga dikemas dalam bentuk video dengan cerita yang menarik untuk disaksikan. Singkatnya, dapat disimpulkan jika konten web series dan video-video pada MBDC telah menjadi keunggulan yang membuatnya banyak digemari oleh anak muda.

Keberhasilan web series MBDC sedikit banyak menginspirasi media online KapanLagi.com untuk mengembangkan konten serupa. Selama ini, konten KapanLagi.com banyak memberikan informasi terkait dunia hiburan Indonesia maupun mancanegara. Pada bulan September 2015 yang lalu, KapanLagi.com baru saja melakukan rebranding setelah dua belas tahun berkiprah. Rebranding ini ditandai dengan pembaharuan logo KapanLagi.com dan peluncuran web series “#Anak Artis: The New Royalty”. Strategi ini diusung untuk mencintakan image KapanLagi.com yang fresh dan lebih dekat dengan anak muda. Ben Soebiakto selaku chief marketing officer mengungkapkan bahwa peluncuran web series pertama KapanLagi.com tersebut dilakukan karena melihat kecenderungan anak muda gemar mengakses web series pada YouTube.

Web series Anak Artis menghadirkan cerita kehidupan enam anak artis papan atas Indonesia. Mereka adalah Nadine Woworuntu (anak Ruth Sahanaya), Valerie Thomas (anak Jeremy Thomas), Brandon Salim (anak Ferry Salim), Daffa Jenaro dan Stephanie Poetri (anak Titi DJ) serta Shawn Adrian (anak Andi Soraya). Usia keenam anak artis tersebut berada dalam rentang 17-20 tahun. Web series yang disutradarai oleh Sean Monteiro ini berhasil mendapatkan sambutan meriah dari penonton YouTube. Empat belas episode Anak Artis yang telah berakhir pada 15 Oktober lalu berhasil menjaring lebih dari lima juta penonton.

Sebelum meluncurkan web series Anak Artis, KapanLagi.com sebenarnya telah membuat konten serupa berjudul “One Day With Anak Artis” pada bulan Agustus 2015. One Day With Anak Artis menampilkan Verrell Bramasta (anak Vena Melinda), Teuku Rassya (anak Tamara Bleszynski), dan Dhea Seto (anak Seto Mulyadi). Berbeda dengan keenam tokoh dalam web series Anak Artis, Verrel, Rassya, dan Dhea telah meniti karir dalam dunia hiburan Indonesia sebagai aktor, model, bintang iklan dan penyanyi. Namun sayangnya, One Day With Anak Artis tidak dilanjutkan ke dalam bentuk web series.

Membuat Kehidupan Selebriti Menjadi Komoditi

Dunia hiburan selalu menitikberatkan artis sebagai pemeran utama dalam industri ini. Di Indonesia, predikat artis selalu dikaitkan dengan profesi yang dekat dengan dunia hiburan dan sorot media massa layaknya aktor, penyayi, musisi, komedian, presenter, atau model. Padahal, jika ditilik kembali pengertian artis lebih daripada itu. Artis atau artist secara lebih luas dapat merujuk pada profesi dalam dunia seni, contohnya pelukis, koreografer, pesulap, desainer, penari, pemain teater hingga pemahat. Pada intinya, profesi-profesi tersebut membutuhkan keahlian dan kemampuan khusus untuk menghasilkan sebuah karya seni yang dapat menghibur banyak orang.

Sementara itu, kata selebriti juga sering diidentikan dengan artis. Daniel Boorstin (dalam Turner, 2004:5) mengartikan selebriti sebagai “a person who is well-known for their well-knowness”. Selebriti zaman sekarang belum tentu memiliki kemampuan atau pencapaian khusus selain keberhasilan dalam menarik perhatian publik.  Selebriti  mendapatkan popularitas dari kemampuan untuk membedakan kepribadian mereka dengan orang lain dalam arena publik. Popularitas dapat mereka raih dalam waktu yang singkat dan intens berkat kharisma dan star quality yang mereka miliki.

Dalam web series Anak Artis: The New Royalty, dapat dikatakan jika anak-anak artis tersebut adalah selebriti. Chris Rojek (dalam Turner, 2004:94) menuturkan bahwa status selebriti memang dapat diperoleh melalui keturunan (royalty). Ia menistilahkan hal tersebut sebagai ascribed celebrity. Melalui keturunan, anak artis memiliki akses yang lebih besar untuk menuju dunia hiburan karena mereka memang telah terlahir dalam lingkungan tersebut. Status anak artis juga menjadi hal yang ditonjolkan dalam web series Anak Artis. Dalam konferensi pers yang dilakukan, KapanLagi.com meyakini bahwa web series yang mereka rancang akan memberikan pilihan hiburan baru bagi masyarakat Indonesia.

Berbeda dengan kehidupan anak-anak pada umumnya, anak artis telah terbiasa dengan kekayaan material dan gaya hidup dunia hiburan sejak kecil. Web series tersebut mengajak para penonton untuk melihat perspektif dan keseharian para anak artis tersebut. Oleh sebab itulah, sutradara meyakinkan bahwa web series Anak Artis dirancang natural tanpa skrip untuk merepresentasikan realitas yang ada. Karenanya, sang sutradara berpendapat bahwa apa yang mereka suguhkan tak hanya sekedar web series biasa melainkan reality web series. Adapun tema-tema yang dihadirkan dalam empat belas episode web series tersebut antara lain persahabatan, percintaan, hobi, dan bagaimana cara anak artis bersenang-senang dengan berpesta, berlibur serta mendatangi festival musik atau cosplay.

Tidak terlepas dari tujuan media untuk meraih keuntungan, selebriti menjadi sebuah komoditas. Selebriti dikembangkan untuk menghasilkan uang. Sosok dan nama mereka digunakan untuk memasarkan film, CD, majalah, program televisi dan produk-produk lain. Mereka diproduksi, diperdagangkan, dan dipasarkan oleh media dan industri publisitas. Dalam konteks ini, selebriti telah menjadi sebuah industri yang memiliki fungsi komersial dan promosional (Turner, 2004:9).  Lebih lanjut, Turner menyatakan “celebrity is a genre of representation and a discursive effect; it’s a commodity traded by the promotions, publicity, and media industries that produce these representations and their effects”.

Enam tokoh web series Anak Artis tak hanya sekedar bermain peran dalam web series saja. Sebagai portal berita dunia hiburan Indonesia, Nadine, Valerie, Brandon, Daffa, Stephanie, dan Shawn juga menjadi bahan berita KapanLagi.com. Hasil wawancara serta kisah-kisah kehidupan pribadi anak artis diulas menjadi artikel. Artikel tersebut dimuat secara teratur dalam website eksklusif anakartis.com yang juga tertaut langsung pada halaman KapanLagi.com.

Tak boleh dilupakan, web series Anak Artis telah melahirkan penggemar yang mampu dimanfaatkan oleh KapanLagi.com. Menyadari kesempatan ini, KapanLagi.com telah memanfaatkan budaya penggemar dalam mengembangkan kontennya. Jenkins (dalam Storey, 2008:164-165) mengungkapkan ada beberapa cara yang biasa dilakukan oleh para penggemar –lalu dimanfaatkan oleh media– untuk memaknai program favorit mereka, yaitu:

  1. Rekontekstualisasi: produksi konten yang hendak mengisi ruang kosong di dalam narasi siaran dan menunjukkan penjelasan tambahan bagi tindakan-tindakan tertentu.
  2. Memperpanjang batas waktu serial: produksi konten yang menyajikan latar belakang sejarah para tokoh, dan lain sebagainya yang tidak tereksplorasi di dalam narasi siaran, atau menunjukkan perkembangan ke depan melampaui periode yang dicakup oleh narasi siaran.
  3. Refokalisasi: terjadi ketika penggemar menggeser fokus perhatian dari protagonis utama ke figur-figur sekunder.
  4. Persilangan tokoh: tokoh-tokoh dari suatu program diperkenalkan pada program yang lain.
  5. Keterlepasan tokoh: tokoh-tokoh ditempatkan kembali dalam situasi cerita baru, dengan nama dan identitas baru.
  6. Personalisasi: penyisipan kehadiran penggemar ke dalam suatu versi program favorit.
  7. Intensifikasi emosional: produksi kisah suka-duka.
  8. Erotisasi: cerita-cerita yang mengeksplorasi sisi erotis kehidupan tokoh.

Strategi KapanLagi.com meluncurkan web series Anak Artis bersamaan dengan momentum rebranding situs tersebut adalah sebuah pilihan yang tepat. KapanLagi.com berhasil memperoleh perhatian publik, khususnya anak muda.  Dalam waktu satu bulan saja, web series Anak Artis telah ditonton lebih dari lima juta viewers. Sementara itu, akun YouTube KapanLagi.com meraup sejumlah 450.963 subscribers. Keberhasilan ini memberikan positioning baru yang menjanjikan bagi KapanLagi.com di mata pengiklan atau masyarakat.

Hasil akhirnya? dapat ditebak. KapanLagi.com merencanakan pembuatan web series Anak Artis season kedua. Ditinjau dari sudut pandang anak artis, mereka mempunyai nilai jual lebih jika memang berencana terjun ke dalam dunia hiburan. Popularitas telah berhasil dikantongi. Sementara itu, para penonton memperoleh hiburan dengan konsep baru yang belum pernah mereka saksikan sebelumnya.

 

Daftar Pustaka

AGB Nielsen. Nielsen: Konsumsi Media Lebih Tinggi Di Luar Jawa. Terarsip pada  http://www.nielsen.com/id/en/press-room/2014/nielsen-konsumsi-media-lebih-tinggi-di-luar-jawa.html. Diakses pada 25 Oktober 2015.

Burgess, Jean & Joshua Green. 2010. YouTube: Online Video and Participatory Culture. Cambridge: Polity Press.

Go Girl! Magazine Januari 2014. The Art of YouTube-ing. PT Aprilis Maju Media.

Moreau, Elise. 2014. What is a Web Series?An Introduction to the Online Video Show Trend. Terarsip dalam http://webtrends.about.com/od/Tv-Shows-Movies/a/What-Is-A-Web-Series.htm. Diakses pada 25 Oktober 2015.

Rakhmah, Nuzulur. 2015. Ini Alasan KapanLagi.com Luncurkan Program #AnakArtis. Terarsip dalam http://www.kapanlagi.com/showbiz/selebriti/ini-alasan-         kapanlagicom174-luncurkan-program-anakartis-677626.html. Diakses pada 19 Oktober 2015.

Salim, Brandon Nicholas. 2015. 5 Juta Viewers, Rangkaian Web Series #AnakArtis Berakhir Manis. Terarsip dalam http://www.kapanlagi.com/showbiz/selebriti/5-juta-viewers-  rangkaian-web-series-anakartis-berakhir-manis-fa1890.html. Diakses pada 19 Oktober 2015.

Salim, Brandon Nicholas. 2015. Inilah Wajah dan Program Baru KapanLagi.com. Terarsip dalam http://www.kapanlagi.com/showbiz/selebriti/inilah-wajah-dan-program-baru-kapanlagicom174-6be192.html. Diakses pada 19 Oktober 2015.

Salim, Brandon Nicholas. 2015. Tentang #AnakArtis, Auora: Anak-Anak Ini Punya Cerita  Menarik.  Terarsip dalam htttp://www.kapanlagi.com/showbiz/selebriti/tentang- anakartis-auora-anak-anak-ini-punya-cerita-menarik-96998d.html. Diakses pada 19 Oktober 2015.

Siu, Eric. -. The Serious Marketer’s Guide To Getting Started With YouTube Advertising. Terarsip dalam http://growtheverywhere.com/youtube-ads/serious-youtube-ads/. Diakses pada 27 September 2015.

Storey, John. 2008. Cultural Studies dan Kajian Budaya Pop: Pengatar Komprehensif Teori dan Metode. Yogyakarta: Jalasutra.

Turner, Graeme. 2004. Understanding Celebrity. London: SAGE Publications.

Leave a Reply