YOGYAKARTA – Prosesi Pawiwahan Ageng (pernikahan agung) GRAj Nur Abrajuwita, nama lahir Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hayu dan Angger Pribadi Wibowo atau Kanjeng Pangeran Haryo (KPH) Notonegoro pada tanggal 21-23 Oktober 2013 disiarkan secara live streaming di website resmi Pawiwahan Ageng, kratonwedding.com. Live streaming prosesi Pawiwahan Ageng terwujudkan sebagai bentuk kerja sama anatara Kraton Yogyakarta dengan Jogja TV dan Usee TV. Selain disiarkan melalui website Kraton Wedding, live streaming juga dapat diakses melalui situs www.useetv.com, www.harianjogja.com, dan tv.solopos.com. Latar belakang KPH Notonegoro yang bekerja di New York sebagai diplomat United Nation Development Programme (UNDP) dan GKR Hayu yang pernah menempuh pendidikan di Australia, Singapura, Amerika, dan Inggris, membuat pasangan tersebut merasa perlu untuk membagi momen bahagianya dengan rekan-rekan yang berhalangan hadir dalam rangkaian prosesi Pawiwahan Ageng yang digelar di area Keraton Yogyakarta.
Website Kraton Wedding yang diluncurkan secara resmi pada tanggal 3 Oktober 2013 tersebut adalah hasil gagasan GKR Hayu yang sangat mencintai dunia IT. Halaman web tersebut dikelola oleh pusat data Tepas Tanda Yekti Kraton Yogyakarta. Latar pendidikan GKR Hayu sebagai lulusan Computer Science di Steven Institute of Technology, US dan Design and IT Project Management di Bournemouth University, UK membuatnya dipercaya sebagai salah satu Pendhageng (pengelola) Tepas Tandha Yekti. Selain menampilkan profil kedua mempelai dan kisah perjalanan cintanya, website Kraton Wedding dilengkapi dengan artikel, foto, dan liputan prosesi Pawiwahan Agung yang ditulis dalam dua bahasa, yakni bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.
Live streaming prosesi pernikahan yang dihadirkan juga merupakan rangkaian konten website yang bertujuan untuk memberikan pemahaman masyarakat Indonesia dan dunia akan prosesi adat pernikahan ala Keraton Yogyakarta. Seperti pada pernyataan GKR Hayu yang dilansir dari Tribun Jogja “Di website juga ada penjelasan mengenai prosesi, tradisi, dan busan pernikahan. Ini bentuk edukasi supaya orang tidak keliru karena pakem Kraton kan berbeda dengan di luar. Juga agar wartawan tidak keliru mengartikan apa yang kami katakan”, jelas GKR Hayu pada konferensi pers tanggal 5 September 2013. Tak hanya website, akun jejaring sosial seperti Twitter, Facebook, dan Tumblr resmi pawiwahan ageng juga diluncurkan untuk menambah euforia Kraton Wedding di dunia maya.
Pernikahan putri keempat Sri Sultan Hamengku Buwono X sarat dengan sentuhan IT. Tak hanya pemanfaatan website dan jejaring sosial, pada undangan Pawiwahan Ageng terselipkan online RSVP card dan swipe card. Melalui RSVP card para tamu menyatakan konfirmasi kehadiran dengan cara memasukkan pada website kratonwedding.com. Sedangkan swipe card dipergunakan sebagai alat pengganti pengisian buku tamu. Sehingga para undangan tak perlu repot-repot untuk menuliskan namanya, melainkan cukup dengan menggesekkan kartu tersebut di alat penerimaan tamu. Setelah menggesekkan kartu, para undangan akan mendapatkan struk yang dipergunakan untuk pengambilan souvenir pernikahan GKR Hayu dan KPH Notonegoro.
Gagasan GKR Hayu untuk memadukan teknologi modern pada serangkaian acara Pawiwahan Ageng yang masih memegang kuat pakem-pakem tradisional seakan berupaya membuktikan bahwa Kraton Yogyakarta berusaha mengawinkan kemajuan teknologi dengan kebudayaan lokal. Melalui usaha tersebut diharapkan dunia dapat lebih mengetahui dan mengenal lebih dalam uniknya budaya Kraton Yogyakarta di Indonesia. Usaha tersebut ternyata terbukti tidak sia-sia, beberapa media asing seperti NHK (Jepang), Daily Mail (Inggris), dan Associated Press.