Bandung berawal dari percakapan bodoh dengan Mas Bill

Aku          : He kon gak ngeke’i aku kado ulangtahun ta?

Mas Bill  : Yowes jare nang Bandung?

Aku         : Yo ambek sing lain ta, sepatu ta, tas kek.

Mas Bill : Yowes nang Bandung ta tas? Pilihen.

Aku        : Lhe mayak pek, mosok pilihane nang Bandung ta tas, gak adil lah. Nang Bandung ta nang Jakarta iku baru nyambung, mosok nang Bandung ta tas.

Mas Bill : Yo karepku lah :)))

Seputar akomodasi:

  • Karena ceritanya backpacker-an plus modal tabungan yang pas-pasan, kita naik kereta ekonomi dari Stasiun Lempuyangan Jogja menuju ke Stasiun Kiaracondong Bandung. FYI, kereta ekonomi sekarang udah jauh lebih nyaman, ada AC, nggak ada penumpang yang berdiri, pedagang asongan pun juga jauh lebih tertib. Cuma ya namanya kereta ekonomi, perjalanan cukup lama karena di beberapa stasiun harus berhenti, menunggu dan mendahulukan kereta-kereta dengan kelas yang lebih tinggi. Perjalanan kurang lebih memakan waktu sepuluh jam.
  • Anw, kalau naik kereta usahakan pilih jadwal saat hari masih terang karena bisa dapat bonus pemandangan hijauuu yang lumayan nyegerin mata. Stasiun Kiaracondong letaknya cukup jauh dari pusat kota, waktu itu kita mengandalkan GPS yang cukup abal tapi sekaligus cukup membantu. Kesan pertama waktu muter-muterin jalanan Bandung: ramai, panas pol dan macet!
  • Selama 3 hari di Bandung, kita sewa motor dengan harga Rp 70.000/hari (dibayar di muka), ninggal 2 KTP sebagai jaminan. Angkutan kota kaya bemo di sini juga banyak, tapi pastikan dulu dengan googling rutenya.
  • Hotel dan penginapan bervariasi banget. Waktu itu kita cari hotel murah di sekitar Jl. Pasirkaliki, dan dapatlah dengan harga sekitar Rp 200.000 per malam. Banyak juga hostel bagus, rata-rata sekitar Rp 90.000-100.000an per kepala.
  • Makan di Bandung mahal gila, buat ukuran makan di warung tenda pinggir jalan bisa habis 30.000an per orang. Cari makan di sekitar kampus ITB baru murah, kalau nggak gitu makan Sate Padang di Rumah Makan Padang Sederhana aja, cuma 15.000 =))

First day:

  • Lembang ternyata tidak sejauh yang dipikirkan! Mencapai Lembang nggak butuh waktu lama, kondisi jalannya mulus, petunjuk jalannya juga jelas. Dari pusat kota menuju Lembang cuma butuh waktu setengah jam (normal traffic, musim liburan lain lagi ye).
  • Sepanjang jalan banyak chill spot kaya Tahu Susu Lembang, Rumah Sosis, Kampung Apung, Kebun Stroberi yang kayanya enak banget buat dikunjungi bareng keluarga atau pacar.

  • Buat nyampe Bosscha, dari jalan raya utama kita harus ngelewatin jalan yang lebih kecil. Walaupun kecil tapi mobil masih bisa masuk kok. Buat yang naik angkutan umum, di mulut jalan juga banyak ojek.
  • Jangan bayangin Bosscha isinya cuma gedung pengamat bintang yang ada di film Petualangan Sherina, Bosscha ini adalah area observatorium perbintangan yang sekarang dikelola ITB untuk kegiatan penelitian. Jadi sebenarnya observatorium Bosscha bukan tempat wisata, tapi kita bisa tetep bisa dapet tur + penjelasan seputar tempat ini khusus di hari Sabtu . (HTM Rp 7.500).

  • Dari Bosscha, sayang banget kalau nggak lanjut ke Tangkuban Perahu. Perjalanannya cuma butuhin waktu setengah jam lagi (normal traffic), tapi men, pastiin kondisi kendaraan fit buat diajak nanjak-nanjak. Jalanannya sih bagus, tapi berliku banget sekaligus dingin, so siapin kondisi badan yang fit juga. Anw, sepanjang jalan kita bakal disuguhin pemandangan hutan pinus yang adem banget 🙂

  • Tangkuban Perahu keren! Dingin banget plus anginnya juga kenceng. Buat yang berjilbab mungkin lebih nyaman kalau pakai jilbab yang bahannya agak berat biar nggak terbang-terbang gitu.
  • Berhubung berangkatnya jalannya nanjak, pas pulang kita bakal berasa main seluncuran gitu di jalan. Waktu itu karena jalan lagi sepi, sepanjang jalan turun kita matiin mesin motor daaan foto-foto (sayang 98% selfie nggak ke save) =)))

  • Sorenya kita jalan-jalan di sekitar Braga dan Jl. Asia Afrika. Waktu itu lagi ada BCN (Bandung Culinary Festival) di Jalan Braga.
Second day :
  • Hari kedua, kita ke Ciwidey yey! Sebelum kita menikmati indahnya Kawah Putih, siapkan mental dan fisik karena ternyata Kawah Putih itu.. sumpah asli jauuuuuh banget men. Lebih jelasnya: jauuuuh banget (kurang lebih 2 jam), jalannya buruk, berlubang-lubang, dan berdebu. Ditambah lagi hari itu GPS abal plus panas pakai banget. Baru kerasa dingin setelah jalanan udah mulai nanjak, nanjak dan likunya pun lebih ekstrim dari Tangkuban Perahu. Recommended buat pakai mobil aja kalau kesini.
  • Buat nyampai Kawah Putih dari loket kita masih harus diangkut pakai ontang-anting (sejenis bemo) yang disediain pihak pengelola. Selanjutnya, kita ngelewatin jalan yang lebih kecil, lebih nanjak, plus lebih berliku dalam keadaan ngebut. Asyik banget, rasanya kaya naik roller coaster di tengah hutan =))) (HTM 25.000)
  • Semua capek dan berpusing-pusing ria jalan tadi bakal kebayar setelah kita lihat Kawah Putih Ciwidey dengan mata kepala sendiri. Tanahnya putih kapur kontras dengan warna air kawahnya yang biru tosca. Warna air kawahnya pun bisa berubah-ubah gitu, tergantung sama sinar matahari yang lagi nyinarin. Kita juga bisa ngelihat langsung awan-awan yang jalan begitu cepatnya di atas tebing-tebing yang mengelilingi kawah. Ada hutan-hutan yang eksotis banget gitu lagi! Pokoknya foto-foto Kawah Putih yang selama ini kita lihat nggak ada apa-apanya, IT WAS AMAZING!

  • Kita juga nyobain the famous Mie Kocok Mang Dadeng sama Siomay Kingsley, enak sih, ramai banget juga, tapi mahal, siomay termahal dalam hidupku..

Third Day :

  • Hari berikutnya, niatnya kita mau ke Museum Konferensi Asia Afrika, tapi ternyata tutup, sedihnya. Catat: Senin tutup. Nggak tau mau ngapain akhirnya kita ke Gedung Sate -__- Dinamakan Gedung Sate karena tiang atapnya itu (katanya) kaya biting penusuk sate, padahal menurutku lebih mirip tusuk pentol. Pardon 😀

Selama 3 hari disana nggak ada ceritanya Bandung sejuk, panas banget kaya di Surabaya. Tapi beruntung juga sih, soalnya kata Ulin hari-hari sebelum dan sesudah aku ke Bandung hujan deres banget. Ngak ngebayangin motoran kesana-kemari sambil kehujanan, hoa Thanks God. Anyway, saya berhasil menyelamatkan kantong dengan nggak berkunjung ke mall apa-apa, nggak ke FO apa-apa, nggak pula ke Trans Studio, Cibaduyut atau Cihampelas. Lain kali kalau ke Bandung kayanya harus siap uang banyak karena memang liburan ke Bandung kurang afdol tanpa liburan yang high cost =))

Over all Bandung is nice, I’d like to come back 😀

Leave a Reply